Dari Lahan Tambang Jadi Harapan Baru, Bupati Dorong Batuah Jadi Lumbung Pangan

$rows[judul] Keterangan Gambar : Bupati Kukar Aulia Rahman Basri melakukan penanaman bibit jagung pipil 321, sebagai bentuk dukungan Pemkab terhadap program ketahanan pangan, di Loa Janan, Sabtu (23/8/2025).

TENGGARONG, denai.id – Lahan bekas tambang kerap identik dengan kerusakan dan cerita pilu. Namun di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, cerita berbeda sedang ditulis. Di atas hamparan 1,5 hektare tanah pasca tambang milik PT Baramulti Suksessarana (BSSR), kini tumbuh harapan baru: jagung pipil 321.

Sabtu (23/8), Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Aulia Rahman Basri turun langsung menanam bibit jagung secara simbolis. Bagi Aulia, penanaman itu bukan sekadar menaruh biji ke tanah, melainkan investasi masa depan Kukar. “Masyarakat jangan diberi ikannya, tapi dikasih kailnya. Program ini bagian dari pemberdayaan. Kita ingin warga bisa mandiri,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi Pemkab Kukar.

Aulia menilai, langkah BSSR menggandeng pemerintah dan warga bukan hanya soal menanam jagung. Ia menyebut, mimpi besar berikutnya adalah membangun pertanian terpadu di lahan pasca tambang. “Ada peternakan, ada pertanian, lahan luas ini harus kita optimalkan. Jagung ini baru awal,” tegasnya.

Program ini sejalan dengan visi Kukar Idaman Terbaik 2025–2030, yang menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu pilar utama setelah era tambang. Dengan posisi strategis dekat Ibu Kota Nusantara (IKN), Aulia optimistis Kukar bisa tampil sebagai lumbung pangan nasional.

“Kukar punya lahan luas, punya potensi besar. Kita ingin bukan hanya memenuhi kebutuhan Kaltim, tapi juga IKN. Itulah masa depan yang sedang kita siapkan,” tambahnya.

Tak hanya pertanian, desa ini juga melahirkan tonggak baru ekonomi kerakyatan: Koperasi Merah Putih (KMP). Kantor koperasi tersebut diresmikan langsung oleh Bupati usai penanaman jagung.

KMP digadang jadi wadah pengelolaan hasil pertanian dan potensi Batuah. Melalui koperasi, petani dan warga tak lagi berjalan sendiri, melainkan bersama-sama dalam sistem pemasaran dan pengolahan yang lebih terstruktur.

“Konsep koperasi itu ekonomi kerakyatan. Harapan saya, semua potensi masyarakat Batuah bisa masuk ke sini. Mulai dari produksi hingga pemasaran bisa dikelola koperasi, sehingga manfaatnya lebih terasa,” terang Aulia.

Dari lahan bekas tambang hingga ruang baru koperasi, Batuah mulai menata babak baru. Cerita ini menunjukkan, transisi dari ekonomi tambang menuju ekonomi hijau bukan sekadar wacana. Di desa yang dulu hanya jadi saksi deru mesin tambang, kini tumbuh barisan jagung muda—simbol masa depan baru Kukar. (adv/nad)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)