Lanjong Art Festival di Kukar Jadi Ruang Perjumpaan Maestro dan Seniman Muda

$rows[judul] Keterangan Gambar : Bupati Kukar Aulia Rahman Basri membuka kegiatan Lanjong Art Festival (LAF) 2025, di Ladaya Tenggarong, Jumat (22/08/2025).

TENGGARONG, denai.id – Denting musik dan cahaya panggung di Ladaya Tenggarong, Jumat (22/8) malam, jadi penanda dibukanya Lanjong Art Festival (LAF) ke-6 tahun 2025. Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Aulia Rahman Basri hadir membuka perhelatan yang berlangsung sepekan penuh, 22–28 Agustus.

Tidak sekadar festival tahunan, LAF tahun ini dirancang lebih komprehensif. Ada eksibisi, workshop, sarasehan, kolaborasi, hingga kompetisi teater tingkat nasional. Tujuannya jelas: melahirkan karya inovatif sekaligus ruang eksperimentasi. “Proses dan kreativitas dihargai setinggi hasil akhirnya,” kata Aulia seperti dikutip dari keterangan resmi Pemkab Kukar.

LAF dipandang penting sebagai momentum menguatkan kembali ekosistem seni peran dan pertunjukan di Kukar. Yayasan Seni Lanjong Indonesia, sebagai penggagas, menempatkan festival ini sebagai jembatan pertemuan antara maestro dengan generasi muda. Dari ruang-ruang diskusi hingga pentas kolaborasi, nilai, filosofi, dan keterampilan diturunkan secara langsung.

“Proses ini memastikan mata rantai kreativitas tidak terputus. Talenta baru akan lahir, sekaligus siap menjawab tantangan zaman dengan tetap berakar pada tradisi,” lanjut Aulia.

Pemerintah Kabupaten Kukar juga menjadikan ajang ini sebagai bukti komitmen mendukung ekonomi kreatif. Menurut Aulia, festival seni bukan hanya soal hiburan, tapi juga strategi menempatkan Kukar sebagai episentrum kreativitas. “Kami ingin seni pertunjukan Kukar diperhitungkan, bukan hanya nasional tapi juga internasional,” tegasnya.

Selama sepekan, ratusan seniman dari berbagai daerah akan memadati Tenggarong. Mereka tidak hanya tampil, tapi juga berbagi pengetahuan. Workshop dan sarasehan membuka ruang pertukaran ide lintas generasi dan lintas disiplin. Bagi seniman lokal, inilah kesempatan emas mengasah diri, sekaligus membangun jejaring yang lebih luas.

Festival ini juga membawa dampak ekonomi. Penonton dari luar daerah dipastikan hadir, menghidupkan sektor pariwisata dan UMKM. Dari pedagang makanan di sekitar venue hingga penginapan, semua ikut merasakan denyutnya. “Seni dan ekonomi kreatif harus berjalan beriringan. Ini cara kita membangun Kukar yang berbudaya sekaligus sejahtera,” tambah Aulia.

Dengan segala rangkaian dan semangat yang dibawa, LAF ke-6 tidak hanya sebatas panggung hiburan. Ia menjadi ruang perjumpaan, ruang belajar, dan ruang regenerasi. Dari maestro ke seniman muda, dari penonton ke pelaku, dari tradisi ke inovasi. Semua bertemu di Tenggarong. (adv/nad)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)