SMAN 10 Samarinda Resmi Jadi Sekolah Garuda, Siapkan Siswa Tembus 100 Kampus Terbaik Dunia

$rows[judul]

SAMARINDA, Denai.id — SMA Negeri 10 Samarinda resmi ditetapkan sebagai bagian dari program Sekolah Garuda Transformasi, sebuah inisiatif nasional yang bertujuan melahirkan lulusan berdaya saing global. Sekolah yang berlokasi di Jalan PM Noor No.1, Sempaja Selatan, Samarinda Utara ini kini mengadopsi kurikulum dan sistem pembelajaran berstandar internasional.

Kepala SMA Negeri 10 Samarinda, Ni Made Adnyani, S.Ag., M.Pd., menegaskan, status baru ini bukan sekadar perubahan nama, tetapi peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

“Garuda Transformasi bukan mengganti sistem, melainkan menambah program agar lulusan kami bisa masuk ke 100 perguruan tinggi terbaik dunia,” ujarnya, Senin (13/10/2025).

Sebagai Sekolah Garuda, SMA 10 menerapkan empat program utama: IELTS, SAT (Scholastic Aptitude Test), riset kolaboratif, dan penulisan artikel ilmiah.

“Kalau sekolah lain fokus TOEFL, kami langsung IELTS dengan target minimal skor 6,5,” jelasnya.

Tiga Skema Pembinaan dan Target Lulusan Global

Dalam skema Garuda, siswa dibagi menjadi tiga kategori. Skema 1 dan 2 dipersiapkan untuk kuliah di luar negeri, sementara Skema 3 diarahkan ke sepuluh universitas terbaik di Indonesia.

“Kami optimistis dari 823 siswa, lebih dari 500 bisa masuk skema 2,” ujar Ni Made.

Tes resmi IELTS dan SAT dijadwalkan berlangsung pertengahan November dan difasilitasi langsung oleh British Council serta lembaga mitra dari Amerika Serikat.

Berkolaborasi dengan SMA Pradita Dirgantara

SMA 10 Samarinda masuk dalam Klaster 4 Sekolah Garuda, bersama SMA Pradita Dirgantara di Boyolali, Jawa Tengah, di bawah binaan Universitas Padjadjaran. Program ini merupakan kolaborasi tiga kementerian: Kemendikbudristek, Kemendikdasmen, dan Kemendagri, dengan dukungan pemerintah daerah.

“Total ada 12 sekolah Garuda di Indonesia, terbagi dalam enam klaster,” kata Ni Made.

Budaya Belajar Kuat dan Disiplin Bahasa Inggris

Ni Made mengaku kagum dengan semangat belajar siswanya. “Anak-anak di sini benar-benar suka belajar. Kalau guru tidak masuk, mereka malah marah,” ucapnya.

Kedisiplinan juga tampak dalam budaya berbahasa Inggris. “Awalnya hanya sehari seminggu, tapi siswa justru minta tiap hari. Jadi setiap hari pukul 07.30–12.00 semua komunikasi menggunakan Bahasa Inggris,” jelasnya.

Guru dan Siswa Didorong Setara dalam Kompetensi

Program Garuda tak hanya menuntut siswa berprestasi, tetapi juga guru. Dari 67 guru, sepuluh di antaranya akan mengikuti tes IELTS dan sertifikasi internasional.

“Minimal skor IELTS guru nanti 6. Kalau tidak memenuhi, tidak bisa mengajar di sini,” tegas Ni Made.

Prestasi Tinggi, Fasilitas Masih Terbatas

Meski berprestasi, SMA 10 masih menghadapi keterbatasan sarana. Ukuran kelas yang kecil dan laboratorium belum memadai.

“Laboratorium kami belum lengkap, jadi kadang harus kirim siswa ke Unmul atau Bandung untuk praktik,” ungkapnya.

Ia berharap pemerintah segera mempercepat pemindahan sekolah ke Kampus A yang dinilai lebih layak. “Sekolah ini sudah banyak berkontribusi. Tolong kami difasilitasi dengan baik,” pintanya.

Harapan Besar untuk Lulusan dan Dukungan Orang Tua

Tahun ini, sekolah menargetkan 20 siswa diterima di universitas luar negeri.

“Sebelum jadi Garuda saja sudah ada dua siswa kuliah di luar negeri, dan satu lagi akan berangkat ke Amerika Januari nanti,” kata Ni Made.

Ia menegaskan dukungan orang tua sangat penting. “Banyak anak siap, tapi orang tuanya belum mengizinkan karena khawatir. Padahal dukungan mereka itu kunci keberhasilan,” tutupnya. (sh)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)