DAMASKUS, denai.id – Ketika gempa mengguncang Turki, sebagian wilayah di Syria juga terkena dampaknya. Bangunan-bangunan di Provinsi Aleppo, Idlib, Latakia, Hama, dan Tartus rata dengan tanah. Namun, nasib mereka berbeda dengan Turki. Jika di Turki cepat mendapatkan bantuan dari banyak negara, penduduk di Syria masih menanti.
’’Orang-orang sekarat setiap detik. Kami berpacu
dengan waktu.’’ Pernyataan itu diberikan oleh juru bicara kelompok penyelamat
White Helmets Mohammed Shibli kepada Agence France-Presse kemarin (8/2).
Area yang terdampak di Syria mayoritas
adalah wilayah oposisi. Karena itu, tidak ada bantuan yang tersentral dari
pusat ke wilayah pemberontak tersebut. Bahkan, kesannya pemerintah pusat yang
dipimpin Presiden Bashar al Assad itu berusaha menghalangi bantuan untuk masuk.
’’Negara Syria siap mengizinkan bantuan
masuk ke semua wilayah, asalkan tidak menjangkau kelompok teroris bersenjata,’’
ungkap Menteri Luar Negeri Syria Faisal Mekdad.
Skala kerusakan di Syria cukup masif.
Namun, tidak separah Turki. Kondisi bangunan-bangunan yang belum runtuh pun
rusak parah. Mengkhawatirkan untuk dihuni. Sejauh ini, proses evakuasi dan
penyelamatan hanya bergantung pada relawan dari White Helmets. Korban selamat
memang ikut membantu. Namun, mereka merasa sendirian dalam menghadapi bencana
tersebut.
’’Sekarang ada lebih banyak orang di bawah
reruntuhan daripada yang di atasnya,’’ ujar Hassan, salah seorang penduduk di
Jindayris, Aleppo, yang dikuasai pemberontak.
Menurut Hassan, ada sekitar 400–500 orang yang terjebak di bawah setiap bangunan yang runtuh. Namun, hanya ada sekitar 10 orang yang berusaha mengeluarkan. Itu pun tidak ada alat berat yang dipakai.
Situasi kian memprihatinkan karena suplai pasokan bantuan yang biasanya
dikirimkan dari Turki kini terhenti. Sebab, jalan satu-satunya yang
menghubungkan dua negara kini lumpuh akibat gempa.
White Helmets berharap ada bantuan dari
lembaga internasional ataupun negara lain secepatnya. (nad)
Tulis Komentar