JAKARTA, denai.id – Pemerintah sedang menggencarkan program hilirisasi industri. Agenda tersebut dapat terhambat jika masih ada praktik pertambangan dan ekspor ilegal.
Karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara
khusus memberikan tugas kepada TNI dan Polri untuk mengawal berjalannya
hilirisasi industri.
”Tugas TNI-Polri adalah menjaga agar yang
namanya industrialisasi, hilirisasi, itu agar bisa berjalan dengan baik. Di
lapangan tidak terjadi gangguan-gangguan,” pesan Jokowi dalam rapat pimpinan (rapim)
TNI dan Polri di Jakarta kemarin (8/2).
Contoh gangguan yang terjadi dalam proses
hilirisasi adalah pertambangan dan ekspor ilegal. Jika hilirisasi terganggu,
kata presiden, dapat berdampak pada penurunan penerimaan negara. ”Tugas TNI dan
Polri ada di situ,” tegasnya.
Jokowi menekankan agar TNI dan Polri
memiliki visi yang sama untuk menciptakan pembagian tugas yang jelas dalam
mendukung program dan kebijakan pemerintah. Dua lembaga tersebut juga diminta menjaga
situasi kondusif di tengah masyarakat. Hal itu juga berlaku di tahun politik.
Kepala negara menekankan agar TNI-Polri
tidak terlibat politik aktif. Dalam rapim tersebut Jokowi kembali mengingatkan
jajaran Pangdam dan Kapolda untuk mencegah dan mewaspadai terjadinya kebakaran
hutan dan lahan (karhutla). ”Kalau ada kebakaran besar di provinsi yang
tanggung jawab Pangdam, Kapolda, Danrem,” ungkap mantan gubernur DKI Jakarta
itu.
Sebelumnya, dalam berbagai kesempatan sejak
2015, Jokowi kerap memperingatkan jajaran TNI-Polri di daerah untuk mengatasi
karhutla. Bahkan, Pangdam hingga Kapolda yang lalai dalam mengatasi karhutla di
wilayahnya terancam kehilangan jabatan.
Seusai rapim, Panglima TNI Laksamana TNI
Yudo Margono mengatakan, diperlukan kerja sama semua pihak agar potensi
karhutla dapat dicegah sedini mungkin. ”Dari awal diantisipasi. Jangan sampai
terjadi kebakaran, baru kita laksanakan pemadaman,” tuturnya.
Terkait hilirisasi industri, Yudo menyatakan,
pihaknya bersama Polri harus memastikan tidak ada ekspor ilegal. Khususnya
jajaran TNI-Polri yang bertugas di daerah perbatasan. ”Jadi, jangan sampai ada
ekspor ilegal,” tandas mantan kepala staf TNI Angkatan Laut (KSAL) itu.
Yudo mengakui, presiden meminta TNI dan
Polri terus menjaga soliditas dan sinergisitas. ”Tidak hanya di (jajaran) atas
saja, harus sampai bawah,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo
Sigit Prabowo menyatakan siap mengawal fondasi ekonomi Indonesia. Agar
pertumbuhan ekonomi bisa bertahan dan terus tumbuh. ”Khususnya pada 2023,
selain ada krisis global, ada pula krisis sosial dan iklim,” paparnya.
Semua kondisi itu bisa mengakibatkan masalah yang multidimensi. Dari ekonomi, pangan, hingga energi yang akhirnya bisa memicu konflik. Saat ini telah dilakukan pemetaan daerah rawan dengan penyiapan personel TNI dan Polri. ”Agar tidak berkembang,” ucapnya. (nad)
Tulis Komentar