TIMIKA, denai.id – Nasib Philips Max
Marthin, pilot pesawat Susi Air PK-BVY yang disandera kelompok separatis teroris
(KST) di Kabupaten Nduga, Papua, belum diketahui. Hingga kemarin (8/2),
evakuasi baru berhasil dilakukan terhadap 15 pekerja proyek pembangunan puskesmas
di Distrik Paro, Nduga.
Dilansir dari Cendrawasih Pos, evakuasi dilakukan
menggunakan Heli Polri Bell-412EP/P-300 dan Heli Karakal TNI AU EC-725/HT-7201.
Para pekerja tersebut langsung menjalani pemeriksaan di RSUD Mimika. ”Semua
dalam keadaan sehat,” kata Wakapolda Papua Brigjen Pol Ramdani Hidayat dalam
keterangan di Kantor Pelayanan Polres Mimika.
Ke-15 pekerja tersebut adalah Gregorius
Yanwarin, Domianus Wenehen, Thadeus Belyanan, Ical Behuku, Simon Walter,
Martinus Yanwarin, Gerardius Ruban, dan Yogi Parlahutan Siregar. Kemudian, Fransiskus
Rendi Ruban, Refalino Walten, Antonius Heatubun, Martinus Heatubun, Andreas
Kolatlena, Amatus Ruban, dan Walterius Emanuel Heatuban. Selanjutnya, petugas
akan meminta keterangan terkait keberadaan mereka di Distrik Paro.
Pj Bupati Nduga Namia Gwijangge menambahkan,
proses evakuasi dibantu masyarakat setempat yang membawa para tukang berjalan
kaki ke Kenyam. ”Dan, di perjalanan mereka dapat bantuan dari aparat TNI dan
Polri untuk jemput dengan helikopter bawa ke Timika,” ungkapnya.
Keterlibatan masyarakat tersebut, menurut Komandan
Korem 172/PWY Brigjen TNI JO Sembiring, menunjukkan bahwa masyarakat tidak
setuju dengan aksi KST yang bergerak di bawah komando Egianus Kogoya. Danrem menjelaskan
bahwa 15 pekerja tersebut diancam Egianus Kogoya akan dibunuh apabila tidak
segera keluar dari Distrik Paro.
Lima belas pekerja tersebut awalnya
bertugas membangun puskesmas. Namun, pada 4 Januari lalu ada kelompok yang
mendatangi mereka. ”Kelompok itu curiga, karena dari 15 pekerja itu ada lima
yang tidak memiliki kartu identitas,” jelas Kapolda Papua Irjen Mathius D.
Fakhiri.
Rencana evakuasi kemudian disusun. Aparat
keamanan di Papua memutuskan menarik mereka dari Distrik Paro dengan pesawat
yang mendarat lebih awal di daerah tersebut. ”Saat pesawat terbang masuk,
dibawa keluar ini pekerja-pekerja,” kata Mathius. Sayang, pesawat Susi Air yang
membawa dan menurunkan penumpang di sana malah ditahan dan dibakar kelompok
Egianus Kogoya pada Selasa (7/2).
Beruntung, ada seorang pendeta yang
berinisiatif mengamankan 15 pekerja dan membantu mengeluarkan mereka dari
Distrik Paro.
Lantas, bagaimana nasib pilot Philips?
Ditemui seusai Rapim TNI-Polri di Jakarta, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit
Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah penyelamatan pilot berkewarganegaraan
Selandia Baru tersebut. Polri juga berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Selandia
Baru.
Terkait lima penumpang pesawat Susi Air
yang bertolak dari Timika, Kabupaten Mimika, ke Paro, Kabupaten Nduga, dua hari
lalu, Sigit menegaskan bahwa mereka tidak disandera. Lima orang tersebut merupakan
masyarakat lokal. ”Hanya pilot saja (yang belum dievakuasi),” kata mantan
Kabareskrim tersebut.
Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana
TNI Yudo Margono juga menegaskan bahwa evakuasi prioritas saat ini adalah
menyelamatkan Philips Max Marthin. ”Dengan sudah kami evakuasi 15 (orang),
prioritasnya sekarang untuk mencari pilot (Susi Air),” kata Yudo. TNI sudah
melakukan penebalan personel di Distrik Paro.
Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri
membenarkan bahwa lima penumpang Susi Air tersebut merupakan warga Distrik
Paro. Mereka sama sekali tidak disandera. Untuk misi pembebasan pilot, pihaknya
akan menempuh upaya persuasif. Caranya dengan melakukan pendekatan melalui
pendeta dan tokoh masyarakat. ”Saya optimistis pilot ini akan dibebaskan,”
tegasnya ditemui di sela rapim TNI-Polri.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian
Perhubungan Adita Irawati mengungkapkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
terus berkoordinasi dan memonitor perkembangan kasus penyerangan pesawat Susi
Air PK-BVY yang terjadi di Lapter (lapangan terbang) Paro, Nduga. Itu dilakukan
melalui Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke.
”Untuk Lapter Paro masih ditutup sementara
mengingat posisi pesawat yang dirusak berada di tengah-tengah lapter. Sehingga
tidak memungkinkan operasional penerbangan ke atau dari Lapter Paro,”
terangnya.
Menyikapi peristiwa tersebut, lanjut Adita,
Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan langkah-langkah imbauan untuk lebih
meningkatkan keamanan. Di antaranya, penyelenggara bandara agar selalu berkoordinasi
dengan pihak keamanan setempat dan lebih waspada dengan melakukan pemeriksaan. ”Misalnya,
izin masuk terhadap orang sebelum masuk ke daerah keamanan terbatas bandara,”
jelasnya.
Kemudian, kepada penyelenggara angkutan
udara agar melakukan pemeriksaan yang lebih intensif terhadap calon penumpang.
Yakni, dengan memeriksa boarding pass dan mencocokkan identitas diri. Termasuk
memeriksa barang-barang bawaan guna keamanan penerbangan. ”Seluruh lapter di
Kabupaten Nduga yang selama ini dikelola pemda juga agar selektif dan selalu
berkoordinasi dengan pihak keamanan dalam hal pemberian izin terbang,” ujarnya.
Untuk diketahui, di Kabupaten Nduga, Papua,
terdapat beberapa bandara atau lapter. Di antaranya, Lapter Mapenduma, Mugi,
Paro, dan Kenyam. Untuk Lapter Paro dan Kenyam terdapat penerbangan perintis. (nad)
Tulis Komentar