TENGGARONG, denai.id – Diapit aktivitas tambang, Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang justru tetap menunjukkan wajah optimisme. Minggu (20/7), masyarakat setempat menggelar ritual syukuran hasil bumi sekaligus ulang tahun desa ke-42. Seserahan berupa kambing, ayam, padi, sayuran, hingga buah-buahan diantar langsung ke Pendopo Odah Etam, dan diterima Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) dr. Aulia Rahman Basri.
Tradisi itu dikenal sebagai Atur-aturni atau sedekah bumi.
Bagi warga, momen ini menjadi simbol bahwa tanah mereka masih mampu memberi
hasil, meski berada di kawasan yang dikepung perusahaan tambang. “Kami
bersyukur masih bisa panen melimpah. Semoga terus lestari,” kata Kepala Desa
Mulawarman, H. Mulyono seperti dikutip dari keterangan resmi Pemkab Kukar.
Bupati Aulia tampak sumringah saat menyambut rombongan
warga. Ia mengaku kelelahan yang menumpuk sejak pagi langsung sirna ketika
melihat warganya membawa hasil bumi segar. “Kebahagiaan saya bertambah karena
hasil panen Mulawarman ternyata sangat melimpah,” ujarnya.
Namun di balik rasa syukur, tersimpan tantangan. Mulyono
menyebut petani Mulawarman membutuhkan dukungan infrastruktur dan sarana
produksi. Dengan lahan yang sebagian berdampingan dengan aktivitas tambang,
keberlangsungan pertanian butuh intervensi serius. “Kami harap ada bantuan dari
Pemkab Kukar agar produktivitas bisa terus meningkat,” jelasnya.
Aulia langsung menanggapi. Ia meminta Dinas Pertanian untuk
turun tangan memastikan kebutuhan petani terakomodasi. “Silakan komunikasikan
dengan kelompok tani, apa saja yang diperlukan. Saya minta Kadis Pertanian
memfasilitasi,” tegasnya.
Baginya, Mulawarman punya ikatan batin khusus. Ia mengakui
dukungan masyarakat desa ini sangat kuat sejak masa pencalonannya. “Hubungan
saya dengan warga bukan sekadar kepala daerah dengan masyarakat, tapi keluarga
besar. Saya bagian dari Mulawarman,” katanya.
Selain menjaga tradisi, syukuran desa ini juga mempertegas
satu hal: pertanian Mulawarman belum menyerah. Di tengah ekspansi industri
ekstraktif, masyarakat memilih tetap menggenggam cangkul dan bibit.
Pesan Aulia sederhana: jangan biarkan Mulawarman kehilangan
identitasnya sebagai desa pertanian. Dukungan pemerintah, katanya, bukan hanya
soal teknis, tapi juga komitmen menjaga keberlanjutan hidup warga. “Mulawarman
sudah memberi bukti. Sekarang giliran pemerintah memastikan sawah dan kebun di
sini terus produktif,” pungkasnya. (adv/nad)
Tulis Komentar