Amplang Sarang Walet Jadi Magnet, PT MHU dan Disperindag Dukung Inovasi IKM Kukar

$rows[judul] Keterangan Gambar : Plt Kadis Perdagangan dan Perindustrian Kukar Sayyid Fatullah menerima kunjungan sekaligus silaturahmi humas PT MHU di ruang kerjanya, Rabu (15/7).

TENGGARONG, denai.id – Tidak banyak camilan khas daerah yang berani bereksperimen dengan bahan seunik sarang burung walet. Tapi Nafsiah, pelaku IKM di Kutai Kartanegara, justru menjadikannya peluang. Inovasi amplang berbahan sarang walet kreasinya bukan hanya pertama di Kukar, tapi juga diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.

Kiprah Nafsiah ini rupanya menarik perhatian kalangan industri. PT Multi Harapan Utama (MHU) melalui bagian humasnya, Muslim, datang langsung ke Kantor Disperindag Kukar untuk menyerahkan dukungan. Total nilainya sekitar Rp 20 juta, berupa 5.000 lembar kemasan amplang dan dana tunai Rp 4 juta untuk pengadaan bahan baku sarang walet.

Serah terima dilakukan Rabu (15/7) di ruang kerja Plt Kadis Perindag Kukar, Sayid Fathullah, disaksikan Ketua Perkumpulan Penyelenggara Kuliner Nusantara (PPKN) Kukar, Salmiah.

Fathullah menyambut positif bantuan itu. Menurutnya, dukungan industri swasta seperti MHU memberi dorongan moral dan material bagi pelaku usaha yang berani berinovasi. “Amplang berbahan sarang walet ini bukan sekadar camilan. Kandungan gizinya tinggi, khasiatnya pun luar biasa. Produk seperti ini menunjukkan bagaimana kreativitas bisa melahirkan nilai tambah baru bagi kuliner lokal,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi Pemkab Kukar.

Amplang walet produksi Nafsiah memang tak biasa. Jika biasanya amplang dibuat dari ikan pipih atau tenggiri, kali ini racikannya berpadu dengan sarang walet yang selama ini lebih identik dengan minuman kesehatan kelas premium. Hasilnya adalah camilan gurih dengan sentuhan eksklusif, berkelas, namun tetap menjaga identitas khas Kukar.

Muslim, perwakilan PT MHU, menegaskan bahwa dukungan ini merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk mendampingi usaha kecil menengah. “Kami ingin pelaku IKM yang punya kreativitas dan keunikan terus berkembang. Produk seperti amplang walet ini harus mendapat ruang, karena potensinya besar,” ujarnya.

Bagi Disperindag Kukar, kasus Nafsiah hanyalah salah satu contoh. Saat ini mereka membina sekitar 20 pelaku usaha yang sudah berorientasi ekspor. Produk-produk IKM binaan tersebut dipasarkan lewat berbagai kanal, mulai dari marketplace, media sosial, hingga gerai offline seperti Unikarta Mart dan Toko Valentine di Tenggarong.

Dengan semakin banyak dukungan, Fathullah optimistis produk-produk lokal Kukar bisa lebih kompetitif. “Kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, dan industri sangat penting. Jika berjalan beriringan, saya yakin IKM kita bisa naik kelas, bahkan menembus pasar global,” tegasnya.

Di balik angka bantuan yang diserahkan, ada pesan besar yang terselip: inovasi lokal layak dirayakan, dan dukungan nyata bisa membuatnya bertahan lebih lama di tengah ketatnya persaingan pasar. (adv/nad)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)