JAKARTA, denai.id - Pembahasan biaya haji dibahas secara maraton di Komisi VIII DPR. Rapat kemarin (9/2) giliran mengundang maskapai Garuda Indonesia dan Saudia Airlines. Khusus untuk Garuda, diminta fokus pada layanan penerbangan saja. Tidak perlu mengurusi pengadaan koper dan tas paspor jamaah.
Di dalam rapat terbuka itu, hadir Direktur
Layanan dan Niaga Garuda Indonesia Ade R. Susardi. Dalam paparannya ada komponen
Pilgrim Service dengan nilai rata-rata Rp 1,1 jutaan. Komponen Pilgrim Service
itu meliputi penyediaan koper besar, koper kabin, dan tas paspor. Biaya
itu termasuk pengiriman ke 34 kantor wilayah Kementerian Agama (Kemenag).
Kemudian juga ada biaya pengadaan air Zam Zam beserta pendistribusiannya.
Anggota Komisi VIII DPR My Esti Wijayati
menyoroti adanya komponen biaya tersebut. "Saya menyadarkan Garuda.
Tentukan apa yang wajib dan apa yang sunnah," katanya. Esti mempertanyakan
pos pembiayaan Pilgrim Service itu masuk kategori wajib atau sunnah bagi
Garuda.
Menurut dia pelayanan wajib Garuda adalah
urusan tiket atau penerbangan. Mulai dari jamaah masuk pesawat sampai keluar
pesawat. Bagaimana jamaah selama di dalam pesawat nyaman dan dapat dibantu
menjalankan ibadah. "Ini tugas utama garuda," katanya.
Sementara itu urusan printilan seperti
pengadaan koper, tas, dan air Zam Zam dikembalikan saja ke Kemenag. Dia
berharap dengan memetakan layanan yang wajib dan sunnah itu, biaya yang
ditawarkan maskapai benar-benar efektif. "Terlalu banyak titipan.
Sudahlah, yang tidak perlu dicoret saja," katanya.
Menanggapi catatan DPR mengenai komponen biaya tiket haji yang di antaranya mencakup biaya penyediaan koper dan katering, Direktur Layanan dan Niaga Garuda Indonesia Ade R. Susardi mengatakan bahwa pilgrim services (layanan untuk penyediaan koper khusus kepada para jemaah) memang bukan pekerjaan utama maskapai.
Namun, menurut Ade, Kementerian
Agama mensyaratkan agar pilgrim services dilakukan oleh maskapai. Bila itu
tidak dilakukan, artinya Garuda tidak akan bisa melayani penerbangan haji.
”Kita sih secara terbuka bersedia saja me-release pekerjaan itu karena itu rumit. Cuma kan itu prasyarat yang ditetapkan Kemenag untuk jadi part kerjaan kita. Jadi Kemenag mempersyaratkan itu, kalau tidak dilakukan kita tidak memenuhi syarat,” ujar Ade.
Selain biaya pilgrim services, biaya katering yang ditetapkan Garuda untuk penerbangan haji juga mendapatkan sorotan karena dinilai terlalu tinggi. Dalam paparan Garuda, dicantumkan biaya katering pesawat yang harus dibayarkan setiap jamaah besarnya mencapai Rp 464 ribu. Ade pun menjawab sorotan tersebut. Menurut dia, harga yang diberikan sudah sangat sepadan dengan makanan yang disiapkan pihaknya untuk para jemaah.
Ade menyebutkan bahwa makanan diberikan dua
kali per penerbangan. Penumpang juga akan mendapatkan makanan baik untuk
penerbangan keberangkatan ke tanah suci, maupun saat kembali ke Indonesia.
"Catering ini memang kita hitung sudah pas, ini untuk makan standar dua
kali. Jadi, dua pergi dan dua kali saat pulang," tegas Ade.
Rapat berlanjut sampai malam. Dengan sesi
menghadirkan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Lagi-lagi anggota DPR
menunjukkan sikap kritisnya. Kali ini disampaikan M. Husni dari Partai Gerindra.
Dia menyoroti sikap BPKH yang selalu menyatakan sependapat dengan
Kemenag.
Husni menegaskan BPKH adalah lembaga khusus
di luar institusi Kemenag. BPKH bukan eselon 1 Kemenag. Menurut dia, BPKH harus
menyajikan data biaya pembanding untuk membandingkan harga tawaran Kemenag.
"Jangan setuju-setuju saja dengan usulan Kemenag," katanya.
Dia mencontohkan sikap BPKH yang menyetujui
penurunan usulan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp 2,4 juta
yang diajukan Kemenag. Husni menegaskan penurunan itu hanya otak-atik asumsi
angka kurs dolar dan riyal saja. Kurs riyal diturunkan dari Rp 4.080/riyal
menjadi Rp 4.000/riyal. Kemudian dolar diturunkan dari Rp 15.300 per USD 1
menjadi Rp 15.000 per USD 1. "Kok tidak sekalian saja diturunkan ke Rp 10.000
(per USD 1)," katanya.
Husni menegaskan penurunan usulan biaya
haji itu tidak kongkrit. Karena tidak menutup kemungkinan kurs dolar dan riyal
saat masa haji nanti malah melambung tinggi. Dia berharap kalaupun ada usulan
penurunan biaya haji, didapat dari hal-hal yang konkrit. Bukan dari otak atik
asumsi kurs.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi VIII DPR
Marwan Dasopang menyoroti komunikasi BPKH yang seolah-olah dana haji habis jika
tidak menjalankan proporsi yang diusulkan Kemenag. Yaitu 70 persen ditanggung
jamaah dan 30 persen disubsidi BPKH.
Marwan mengingatkan pada periode 2020 dan
2021 Indonesia tidak mengirim jemaa haji. Sementara perolehan dana investigasi
di BPKH pada 2020 dan 2021 terus mengalir. Artinya hasil investasi pada dua
tahun itu tidak digunakan. Begitupun dengan musim haji 2022 hanya digunakan
separuh, menyesuaikan kuota haji 2022.
Marwan mengatakan setiap tahun, capaian hasil investasi BPKH selalu di atas target. Pada 2020 menghasilkan nilai investasi Rp 9 triliun lebih. Kemudian pada 2021 dan 2022 masing-masing menghasilkan nilai investasi Rp 10 triliun lebih.
Sedangkan pada musim haji 2022 hanya dipakai sekitar Rp 6,9 triliun. Dia mempertanyakan nilai investasi 2020 dan 2021 ke mana. "Kami minta penjelasan posisi keuangan haji. Kalau bisa dijelaskan secara terpisah," katanya. (nad)
Tulis Komentar