JAKARTA, denai.id
- Salah satu infeksi yang dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan perempuan
adalah Human Papillomavirus (HPV), terutama terkait dengan risiko kanker serviks.
Untuk mendeteksi adanya infeksi HPV dan jenis-jenis HPV yang hadir dalam tubuh,
salah satu metode yang digunakan adalah tes HPV DNA Genotyping.
Tes ini mampu
mengidentifikasi secara spesifik jenis-jenis HPV yang menginfeksi seseorang dan
memberikan petunjuk penting dalam penanganan dan pengobatan infeksi HPV.
Tes HPV DNA Genotyping secara rinci sendiri banyak prosesnya, mulai dari
prosedur pelaksanaannya hingga jenis-jenis HPV yang dapat dideteksi, siapa saja
yang sebaiknya menjalani tes ini, serta keunggulan tes HPV DNA Genotyping
dibandingkan dengan metode lainnya.
Dr. dr.
Bambang Dwipoyono, Sp.OG, Konsultan Ginekologi Onkologi dari Rumah Sakit Siloam
MRCCC Semanggi menjelaskan pengertian HPV dan Tes HPV DNA Genotyping. HPV
sendiri adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya
adalah kanker serviks. Untuk mendeteksi adanya infeksi HPV dalam
tubuh, kini tersedia metode baru yang disebut sebagai tes HPV DNA Genotyping.
“Tes HPV DNA
Genotyping adalah prosedur tes berbasis molekular yang bertujuan mencari atau
mengetahui adanya tanda-tanda infeksi HPV,
diutamakan pada kelompok jenis (strain) yang dapat menimbulkan kanker pada
serviks uteri,” ujar dr. Bambang melalui keterangannya seperti dikutip dari JawaPos.com.
Dokter yang
merupakan lulusan dari Universitas Indonesia ini menjelaskan secara singkat
mengenai prosedur tes HPV DNA Genotyping. Menurut dr. Bambang, proses
pengambilan sampel (spesimen) dilakukan dengan mengambil dari usapan pada
permukaan mulut rahim dengan menggunakan sikat atau brush.
Sampel ini
akan dianalisis di laboratorium dan hasilnya akan mengidentifikasi jenis-jenis
HPV yang terdeteksi dalam sampel. Lebih lanjut, dirinya menyebutkan jika tes
ini dapat mendeteksi semua jenis HPV baik yang onkogenik maupun yang
non-onkogenik, karena setiap jenis HPV mempunyai struktur asam amino yang
spesifik dan hal itu lah menjadi target spesifik yang dicari atau dideteksi.
Perlu
diketahui bahwa HPV onkogenik adalah jenis virus yang berpotensi menyebabkan
kanker. Ketika infeksi HPV onkogenik tidak diatasi, virus dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel di daerah yang terinfeksi dan menyebabkan
mutasi genetik yang dapat memicu pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan
berpotensi menjadi kanker.
Sedangkan HPV
non-onkogenik adalah jenis virus yang memiliki risiko sangat rendah untuk
menyebabkan kanker. Meskipun dapat menyebabkan lesi pada kulit atau selaput
lendir, infeksi HPV jenis ini biasanya tidak berkembang menjadi
kanker.
“Saat ini jenis HPV onkogenik (high risk) yang bisa dideteksi adalah 16, 18,
31, 33, 35, 39, 45, 52, 53, 56, 58, 59, 66, 68 dan untuk HPV non-onkogenik (low
risk) adalah 6, 11, 42, 43, 44, 81,” kata dr. Bambang.
Risiko
terkena kanker serviks dapat bervariasi tergantung pada jenis HPV
yang ada dan faktor lainnya seperti imunitas tubuh, paparan faktor risiko
lainnya, dan faktor genetik. Oleh karena itu, tes HPV DNA dapat membantu dalam
mendeteksi keberadaan HPV onkogenik yang berpotensi menyebabkan kanker serviks.
Terdapat beberapa
tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan awal kanker serviks,
di antaranya adalah tes HPV DNA Genotyping dan pap smear. Perbedaan antara
kedua metode di atas adalah teknologi pendekatan yang digunakan.
Pap smear
bertujuan untuk melihat perubahan sel-sel (sitologi) mulut rahim yang
menggambarkan sudah adanya lesi prakanker (mulai dari infeksi HPV sampai
perubahan yang masih dikelompok lesi prakanker derajat tinggi) dan lesi kanker.
Bagaimana
dengan tes HPV DNA Genotyping? Tes ini cenderung melihat bukti adanya infeksi HPV yang
onkogenik (terutama) maupun non-onkogenik sehingga hasil tes menggambarkan
situasi yang lebih awal (hulu) sebelum terjadi perubahan di dalam sel-sel yang
melapisi mulut rahim.
Hasil tes HPV
DNA pun tergolong cepat, pemeriksaan secara teknis bisa diperoleh dalam kurun
waktu 60 menit, hanya saja hasil yang diberikan ke seseorang yang melakukan tes
bervariasi tergantung pada laboratorium atau rumah sakit tempat tes dilakukan.
Setelah mendapatkan hasil, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk
menentukan langkah selanjutnya.
“Dengan
demikian, siapa saja dapat melakukan tes atau pemeriksaan tersebut karena
tujuan dari dilakukannya prosedur tes DNA HPV adalah untuk mendapatkan
informasi adanya infeksi HPV dalam upaya melakukan skrining atau deteksi
dini kanker serviks, sehingga tes HPV DNA Genotyping bisa dilakukan
pada siapa saja yang menjadi target skrining,” lanjut dr. Bambang.
Jika
seseorang telah menerima vaksinasi HPV, masih ada kemungkinan infeksi HPV yang
tidak ditangkap oleh vaksin. Salah satu syarat yang harus dipahami pada
penerima vaksinasi HPV adalah tetap melakukan skrining karena proteksi
vaksinasi HPV tidak 100 persen. Oleh karena itu, tes HPV DNA Genotyping tetap
relevan untuk memastikan atau mendeteksi adanya infeksi.
Seperti yang
sudah dijelaskan di atas, tujuan tes HPV DNA Genotyping adalah untuk mendeteksi
jenis HPV yang ada dalam tubuh. Tes ini membuat pengkategorian yaitu kelompok
yang berisiko kanker serviks dan yang tidak berisiko kanker serviks.
Selanjutnya, dengan adanya pengelompokan risiko tersebut, selanjutnya dapat
dilakukan tata laksana.
Jika hasil tes menunjukkan adanya infeksi HPV dalam tubuh, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan memberikan penjelasan dan rekomendasi yang sesuai dengan hasil tes dan kondisi pasien. (nad)
Tulis Komentar