SERPONG, denai.id – Transformasi pembelajaran di
Indonesia tampak menggeliat melalui Program Sekolah Penggerak. Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
(Ditjen PAUD Dikdasmen) meluncurkan 6 buku dan 5 video praktik baik terkait
pelaksanaan Program Sekolah Penggerak (PSP) di Hotel Trembesi BSD, Kamis
(24/8).
Dalam agenda yang merupakan program lintas direktorat di
bawah naungan Direktorat PAUD serat melibatkan Direktorat SD, Direktorat SMP,
Direktorat SMA, dan Direktorat PMPK ini berlangsung bedah buku dan pemutaran
video praktik baik yang menceritakan pelaksanaan PSP di tengah keterbatasan
sekolah di beberapa daerah.
Buku-buku yang diluncurkan dalam agenda tersebut adalah “Cahaya dari Ufuk
Timur”, “Melampaui Keterbatasan Akses”, “Senyum Mentari dari Pelosok Negeri”,
“Mengalir Seperti Air”, “Menyulam Inspirasi dari Keragaman Negeri”, dan
“Menjadi Pribadi Mandiri”.
Sementara itu, untuk video diluncurkan adalah “Praktik Baik
Implementasi PSP jenjang PAUD pada TK Kosgoro Tanjung Angin, Donggala, Sulawesi
Tengah”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SD pada SD 077311 Tuhoowo,
Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang
SMP pada SMP Negeri 4 Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara
Timur”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SMA pada SMA Negeri 2 Skanto,
Kabupaten Keerom, Papua; serta “Praktik Baik Implementasi PSP Jenjang SLB pada
SLB Negeri Kota Baru, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan”.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur SMA, Winner Jihad Akbar, dalam sambutannya
mengungkapkan bahwa perilisan buku dan video tersebut merupakan bagian dari
proses pengimbasan praktik baik pelaksanaan PSP. Melalui buku dan video
tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) berharap sekolah lain dapat meniru dan mengambil bagian
terbaik dari sekolah pelaksana PSP.
“PSP merupakan kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-7 dan sekarang memasuki
angkatan ke-3. Sudah ada 14.233 satuan pendidikan pelaksana Sekolah Penggerak
dari tiga angkatan. Dari tiga tahun intervensi PSP, banyak perkembangan dan
praktik-praktik baik yang sudah dilaksanakan,” terang Winner.
Melalui pidatonya, Winner menyampaikan apresiasi dan kekagumannya atas
perjuangan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan ekosistem sekolah pelaksana
PSP yang digambarkan melalui video dan narasi di dalam buku. Ia mengatakan,
meski sudah berulang kali menonton video dan membaca buku tersebut, tetapi
tidak merasa bosan karena berisi kisah-kisah inspiratif.
“Meski ada kebingungan, sedih, kesulitan-kesulitan, kefrustasian, terlihat dari
awal pelaksanaan PSP tapi kita juga bisa melihat ada kegigihan dan pantang
menyerah. Ini menandakan kita kuat, dengan semangat dan kegigihan, dan
kesabaran ternyata kita berhasil melampaui rintangan. Saya jadi terharu, banyak
yang terus bergerak memajukan pendidikan di negeri ini meski dihadapkan pada
banyak tantangan,” ujarnya.
Rasa haru itu muncul, terang Winner, setelah melihat kegigihan para kepala
sekolah untuk mengupayakan yang terbaik bagi transformasi pendidikan di sekolah
masing-masing di tengah berbagai keterbatasan.
“Padahal, banyak sekolah yang letaknya di daerah terpencil dan memiliki
fasilitas fisik yang minim atau kurang memadai. Tak sedikit juga yang akses
terhadap teknologi dan internet yang sangat terbatas. Ternyata banyak kepala
sekolah yang tetap konsisten bergerak dan menginspirasi,” tambahnya.
Program Sekolah Penggerak (PSP) yang dimulai 2021 bagi sekolah terpilih di
beberapa daerah di Indonesia, kini menjadi pancaran harapan dan inspirasi bagi
banyak sekolah lain. Melalui dedikasi yang tak tergoyahkan dan pendekatan
inovatif, para pelaksana PSP mampu menghadirkan perubahan positif berupa
transformasi pembelajaran di daerahnya dan menerangi jalan bagi generasi
mendatang.
“Padahal, banyak sekolah yang letaknya di daerah terpencil dan memiliki
fasilitas fisik yang minim atau kurang memadai. Tak sedikit juga yang akses
terhadap teknologi dan internet yang sangat terbatas. Ternyata banyak kepala
sekolah yang tetap konsisten bergerak dan menginspirasi,” tambahnya.
Program Sekolah Penggerak (PSP) yang dimulai pada tahun 2021 bagi sekolah
terpilih di beberapa daerah di Indonesia, kini menjadi pancaran harapan dan
inspirasi bagi banyak sekolah lain. Melalui dedikasi yang tak tergoyahkan dan
pendekatan inovatif, para pelaksana PSP mampu menghadirkan perubahan positif
berupa transformasi pembelajaran di daerahnya dan menerangi jalan bagi generasi
mendatang.
Dalam agenda peluncuran buku dan video ini berisi sesi berbagi pengalaman
terkait pelaksanaan PSP oleh beberapa kepala sekolah. Turut hadir dalam sesi
bedah buku, Eka Susianti (Kepala TK Kemala Bhayangkari, Situbondo); Henny
Leiwakabessy (Kepala SDN 257 Maluku Tengah); Nana Mulyana (Kepala SMP S
Al-Ma’shum Mardiyah, Cianjur); Hotnida Hutagaol (Kepala SMA Santa Patricia);
dan Khofni (Kepala SLB Negeri Penajam Paser Utara).
Sementara untuk sesi diskusi dan berbagi pengalaman terkait
video, kepala sekolah yang hadir adalah Rosmawatin (Kepala TK Kosgoro
Donggala); Yuliana Giawa (Kepala SD Negeri 077311, Tuhoowo, Nias Selatan);
Veronika Benge (Kepala SMP Negeri 4 Poco, Ranaka, NTT); Mesak Mantek (Kepala
SMA Negeri 2 Skanto, Keerom); dan Abdul Samad (Kepala SLBN Kotabaru,
Bamega).
Salah satu cerita mengharukan dalam sesi berbagi diungkapkan Yuliana, Kepala SD
Negeri 077311, Tuhoowo, Nias Selatan. Ia menceritakan, sebelum sekolahnya
menjadi pelaksana PSP, ia hampir merasa putus asa karena banyaknya tantangan
yang dihadapi.
“Sekolah saya ada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Sinyal susah.
Listrik juga sering padam. Gedung sekolahnya? Jauh dari kata memadai. Jelek dan
banyak tambalan di sana-sini. Saya nyaris mengundurkan diri sebagai kepala
sekolah karena frustasi,” ungkap Yuliana.
Saat nyaris putus asa itulah Yuliana menemukan Program Sekolah Penggerak. Ia
kemudian mencoba mendaftar. “Saat hendak daftar, mati lampu. Internet mati.
Dalam hati kecil saya, rasa-rasanya tak mungkin sekolah ini bisa bergabung
dengan Program Sekolah Penggerak,” tuturnya.
Yuliana terus mencoba dan mencoba. Saat tak ada sinyal, Yuliana sampai rela
menggantungkan gawainya di pohon besar yang ada di halaman sekolah. “HP saya
sampai diikat karet, digantung di atas pohon besar demi mendapatkan sinyal,”
kenangnya.
Hasilnya ternyata tak sia-sia. Sekolah Yuliana yang ada di tengah hutan
akhirnya terpilih sebagai salah satu sekolah yang bergabung dengan PSP angkatan
I. Melalui pendekatan yang berfokus pada kebutuhan satuan pendidikan dan
berkat dukungan dari guru dan masyarakat sekitar, Yuliana akhirnya berhasil
menemukan kepercayaan dirinya kembali.
“PSP telah mengubah wajah sekolah yang terlibat. Banyak yang menginspirasi,”
tutup Yuliana Giawa, Kepala SD Negeri 077311 Tuhoowo, Nias Selatan.
Selain bercerita terkait bagaimana intervensi PSP telah mengubah wajah
sekolahnya yang berada di daerah terpencil, ia juga menyoroti perubahan
signifikan dalam tingkat partisipasi murid, peningkatan hasil akademis, dan
perkembangan keterampilan sosial serta kepemimpinan dari pelaksanaan program
tersebut.
Dalam video inspiratif, Yuliana juga melakukan pengimbasan ke sekolah lain,
yaitu di SDN 071187 Amuri. “Melalui Bu Yuliana Giawa, kami bisa mengerti dan
memahami bagaimana penerapan Kurikulum Merdeka. Dan kami mulai pembelajaran
menggunakan barang-barang di sekitar seperti daun dan botol sehingga kami bisa
lebih kreatif untuk mengajari murid. Kami diajari menggunakan PMM dan juga
pembuatan poster pengajaran agar murid menjadi lebih mengerti. Bu Yuliana Giawa
tetap siap sedia untuk berbagi pengalaman dengan langsung hadir di sekolah atau
via telekomunikasi,” terang Masrawati Zega, guru SDN 071187 Amuri.
Kisah Yuliana menjadi salah satu bagian dari sekian bukti nyata bagaimana
Program Sekolah Penggerak mampu mengubah dan memberikan harapan baru bagi para
murid dan ekosistem pendidikan melalui transformasi pembelajaran yang
nyata. (nad)
Tulis Komentar