JAKARTA, denai.id - Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor kosmetik dan obat tradisional terus dibantu untuk bisa naik kelas sehingga mampu bersaing di pasar nasional maupun global. Upaya strategis ini dilakukan secara konsisten melalui berbagai program pembinaan dan kolaborasi aktif dengan pelaku industri dan pemangku kepentingan lainnya.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA)
Kementerian Perindustrian (kemenperin) Reni Yanita menjelaskan, peningkatan
skala usaha menjadi keharusan jika pelaku IKM ingin bertahan dan berkembang
secara berkelanjutan. Dengan naik kelas, pelaku IKM juga akan memiliki daya
saing yang lebih tinggi, perluasan akses pasar, dan dapat memberikan kontribusi
signifikan bagi ekonomi nasional.
“Keberhasilan IKM bukan hanya soal bertumbuh, tetapi juga
soal menjadi brand yang dikenal dan dipercaya konsumen Indonesia. Tujuan
tersebut bisa dicapai dengan naik kelas, karena dampak yang dihasilkan menjadi
lebih luas, baik bagi pelaku usaha, konsumen, hingga perekonomian nasional,”
ujar Dirjen IKMA dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (5/8).
Reni mengemukakan, saat ini sektor kosmetik dan obat
tradisional memiliki posisi strategis dalam peta jalan industri manufaktur
nasional. Hal ini karena didukung dari sisi jumlah pelaku usaha maupun nilai
pasar. Sektor ini didominasi oleh pelaku usaha yang berasal dari kalangan IKM,
yang sekaligus membuktikan bahwa IKM tidak hanya menjadi tulang punggung
ekonomi tetapi juga menjadi motor inovasi industri berbasis budaya dan kearifan
lokal.
“Berdasarkan data tahun 2024, terdapat 1.292 pelaku industri
kosmetik di Indonesia, di mana 89 persen merupakan sektor IKM. Sementara dari
1.043 industri obat tradisional, sebanyak 86 persen juga didominasi oleh IKM,”
ungkapnya.
Pada 2024, ekspor produk kosmetik Indonesia tercatat
mencapai USD 410,7 juta, dengan negara tujuan ekspor utama antara lain ke
Singapura, Malaysia, dan Thailand. Di sisi lain, industri obat tradisional
menunjukkan performa ekspor yang menjanjikan. “Sepanjang tahun 2024, nilai
ekspor dari industri obat tradisional mencapai USD6,9 juta dengan pasar utama
ke Taiwan, Malaysia, dan Filipina,” sebutnya.
Namun demikian, sejumlah tantangan masih dihadapi pelaku IKM
kedua sektor tersebut. Tantangan itu di antaranya adalah keterbatasan kapasitas
produksi dan teknologi, diperlukannya pemahaman terkait legalitas dan
sertifikasi BPOM, akses pembiayaan dan kemitraan maklon, serta kebutuhan akan
strategi branding dan distribusi yang kuat.
“Dalam membantu pelaku IKM menghadapi tantangan tersebut,
Ditjen IKMA melakukan upaya peningkatan daya saing IKM kosmetik dan obat
tradisional agar dapat naik kelas melalui berbagai program pembinaan, seperti
fasilitasi sertifikasi, workshop formulasi dan standardisasi mutu produk,
reimburse dana pembelian mesin dan alat produksi melalui program
restrukturisasi, promosi dan penguatan branding IKM, serta mendorong kemitraan
antara IKM dengan industri besar maupun sektor ekonomi lainnya,” jelas Reni.
Selain upaya tersebut, Ditjen IKMA juga aktif melakukan
upaya pembinaan IKM lainnya melalui kolaborasi dengan pemangku kepentingan
seperti akademisi, asosiasi, dan juga pelaku industri. “Kami terus membuka
ruang bagi IKM untuk belajar langsung dari pelaku industri yang telah berhasil
melakukan scale up bisnis,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Ditjen IKMA memberikan apresiasi terhadap
penyelenggaraan Webinar Cosmetic & Herbal Product Webinar Series bertema “Strategi Scale-Up: Dari IKM ke Brand
Nasional” pada tanggal 29 Juli 2025.
Webinar ini menghadirkan narasumber dua pelaku industri yang
telah membuktikan keberhasilan menumbuhkan usahanya, di antaranya Nurhayati
Subakat sebagai Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation, dan Maria
R. Hidayat selaku Direktur Marketing PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk.
“Acara ini bukan sekadar sesi berbagi pengalaman, tetapi
juga bentuk nyata dari kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri dalam
membangun ekosistem usaha yang sehat dan berdaya saing,” tambah Reni.
Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan
menyampaikan harapannya, agar forum tersebut menjadi ruang pembelajaran dan
motivasi bagi pelaku IKM. Ia menggarisbawahi pentingnya akses pembelajaran
langsung dari figur-figur sukses sebagai bagian dari proses transformasi usaha.
“Melalui forum ini, kami ingin membuka ruang diskusi antara
para pelaku usaha dengan figur yang telah sukses. IKM dapat belajar langsung
dari pengalaman nyata para narasumber, sehingga mereka tidak merasa berjuang
sendiri serta yakin bahwa mereka mampu membawa usahanya untuk scale up,” ungkap
Budi.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi lintas
sektor, dan keberanian IKM untuk terus berinovasi, sektor kosmetik dan obat
tradisional dipandang sebagai penggerak baru industri berbasis nilai tambah
lokal yang siap merambah pasar global.
Pada kesempatan yang sama, Nurhayati Subakat, pendiri
sekaligus Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation, membagikan
perjalanan 40 tahun membangun perusahaannya dari skala kecil hingga menjadi
pionir pada industri kosmetik halal di Indonesia. Nurhayati menekankan
pentingnya membangun bisnis dengan landasan prinsip, inovasi berkelanjutan, dan
membawa dampak.
“Bukan mengejar tumbuh dulu baru bermanfaat, tetapi karena
ingin bermanfaat maka kita akan tumbuh,” ujarnya.
Sementara itu, Maria R. Hidayat, Direktur Marketing PT
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk., menyampaikan pengalamannya dalam
membangun heritage brand obat tradisional yang kuat dan terpercaya. Maria
mengungkapkan Sido Muncul konsisten dalam menjaga warisan tradisional, terus
beradaptasi dengan teknologi dan tren pasar, mengedepankan riset ilmiah,
berprinsip keberlanjutan, dan memberikan kontribusi sosial.
“Kami percaya bahwa kekuatan brand tidak hanya datang dari
produk yang berkualitas, tetapi juga dari nilai-nilai sosial dan lingkungan
yang dipegang teguh,” tutur Maria. (nad)
Tulis Komentar