Empati untuk Pejuang Kanker

$rows[judul] Keterangan Gambar : Warga Aceh melakukan aksi dukungan kepada pejuang kanker.

BANDA ACEH, denai.id - Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA) bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Aceh Barber Seupakat menggelar Peringatan Hari Kanker Sedunia di Aceh berlangsung saat Car Free Day (CFD), Minggu (5/2).


Dalam peringatan di area Car Free Day Banda Aceh tersebut, diselenggarakan senam sehat bersama, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan THT (telinga, hidung, tenggorokan), dan pemeriksaan deteksi dini kanker pada anak-anak oleh dokter.


Salah satu acara yang mendapat perhatian warga, adalah pangkas botak bersama sebagai rasa empati kepada para pejuang kanker di Aceh. Pangkas botak bersama ini bekerja sama dengan Aceh Barber Seupakat.


Salah satu peserta aksi botak, Chandra, mengaku berani mencukur botak rambutnya sebagai dukungan terhadap penderita kanker. Kanker ihwal pengobatan, dan lainnya sudah ditangani oleh pihak lain. “Ini sebagai rasa empati kita kepada para pejuang kanker.”


NA Rya Ison, peserta lainnya mengatakan keikutsertaannya sebagai dukungan kepada pejuang penyakit kanker. “Salah seorang kerabat saya, Bibi, dulu penderita kanker. Ini sebagai rasa empati kepada mereka,” ungkapnya.


Menurut dia, kasus kanker wajib menjadi prioritas pemerintah. Karena itu, semua unsur harus terlibat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit mematikan ini. 


Spesialis Onkologi, Munizar yang ditemui di lokasi, mengatakan kanker merupakan penyakit mematikan. Karenanya dia mengajak kepada semua masyarakat Aceh untuk bisa mendeteksi kanker sejak dini.


“Masyarakat masih merasa malu mendeteksi kanker sejak dini. Mirisnya saat penyakit sudah berada di stadium ketiga, mereka baru datang ke medis untuk pengobatan,” ujarnya lagi.


Ketua IDI Cabang Banda Aceh Munthadar mengatakan peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini mengangkat tema close the care gap. Yaitu sebagai upaya untuk menghilangkan semua hambatan terhadap penanganan penyakit kanker.


"Jadi diharapkan semua orang fokus terhadap penanganan kanker karena kanker ini bukan penyakit menular tetapi terus bertambah hari ke hari dan penyakit yang sangat mematikan," kata Munthadar.


Ia menjelaskan penyakit kanker bisa dicegah, terutama dengan menggalakkan pola hidup sehat. Selanjutnya, percepatan deteksi dini terhadap kanker, sehingga apabila terkonfirmasi mengidap kanker maka dapat ditangani dengan cepat melalui pengobatan paripurna.


"Penyebab utama kanker tidak diketahui, tapi ada hal yang bisa memicu kanker karena kebiasaan tidak baik, seperti tidak olahraga, kurang minum, kurang cairan, merokok, suka makanan yang dibakar, karena semua itu merupakan karsinogenik,"


Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada 2018.


Adapun data dari Global Cancer Statistics 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus baru kanker dengan 234.511 kematian. Jumlah kasus baru kanker diperkirakan akan mencapai 489.800 kasus pada 2030.


Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat jumlah penderita kanker mencapai 1.318 orang sepanjang 2022. Jumlah penyintas kanker payudara mencapai 1.117 orang.


Di posisi kedua kanker serviks, selanjutnya kanker mata. Penyintas kanker serviks, jumlahnya 186 orang. Penyintas kanker mata sebanyak 15 orang.


Kepala Rumah Kita, yang juga Founder Yayasan Darah untuk Aceh, Nurjannah Husien mengatakan, kabar baiknya kini Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) sudah memiliki pusat layanan kanker atau Onkologi Centre, sehingga penderita kanker baik anak maupun dewasa, bisa mendapat pengobatan yang baik.


 “Kami berharap pemerintah bisa segera melengkapi semua fasilitas pengobatan untuk kanker, di antaranya adalah perlengkapan radio terapi yang sangat dibutuhkan pasien kanker dalam proses pengobatan, sehingga dengan pengobatan yang maksimal, kesempatan hidup para penderita kanker bisa lebih baik,” sebut Nurjannah yang akrab disapa Kak Nu ini. (nad)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)