JAKARTA, denai.id - Gempa dengan magnitudo 7,9 mengguncang Maluku pukul 00.47 WIB kemarin (10/1). Pusat gempa berada di laut pada kedalaman 130 km dengan jarak 136 kilometer arah barat laut Maluku Tenggara Barat.
"Gempa bumi di Maluku itu awalnya menunjukkan adanya potensi tsunami dengan tingkat ancaman siaga dan waspada," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Namun, setelah diperbaharui, parameter gempa bumi tersebut magnitudonya menjadi 7,5. Pada parameter tersebut tidak menunjukkan adanya potensi tsunami.
Meskipun begitu, pihaknya tetap melakukan observasi terhadap kenaikan muka air laut. "Berdasar observasi empat tide gauge di sekitar sumber gempa bumi tidak menunjukkan adanya anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang signifikan dari prediksi ketinggian maksimum 62 sentimeter. Prediksi itu terjadi di Ambon," jelasnya.
Karena itu, peringatan dini tsunami diakhiri pukul 03.43 WIB. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, dari tahun 629 sampai 1998, lanjut Daryono, tsunami yang pernah terjadi di Maluku sebanyak 45 kali. Dua di antaranya adalah tsunami yang paling mematikan.
Yakni terjadi pada 1674 yang menimbulkan korban jiwa 2.320 orang. Lalu, pada 1899 sebanyak 3.864 orang.
Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan, sebanyak 92 rumah warga di Kepulauan Tanimbar, Maluku, mengalami kerusakan. "Kerusakan fasilitas umum terjadi pada kantor bupati dan tribun Lapangan Mandriak di Desa Sifnana, Kecamatan Tanimbar Selatan," ujarnya.
Kerusakan juga terjadi di Kabupaten Maluku Barat Daya. Sebanyak 9 rumah warga rusak berat dan 23 lainnya rusak ringan. Dengan demikian, total bangunan yang rusak mencapai 124 unit. Selain itu, 2 fasilitas pendidkan mengalami rusak berat. Sebagian besar kerusakan di Kabupaten Maluku Barat Daya berada di Desa Watuwei dan Letmasa, Kecamatan Dawelor Dawera.
"Hingga kini belum ada laporan korban jiwa maupun jumlah warga yang mengungsi pascagempa. (nad)
Tulis Komentar